Rabu, 01 April 2015

Festival Anti Korupsi, Karena Kami Korban Korupsi

28 Maret 2015 kemarin merupakan hal yang tidak bisa dilupakan oleh warga Makassar, pasalnya ‘tersangka’ kasus pemalsuan dokumen, ‘AS’, ‘BW’, KPK non aktif datang ke Makassar tepatnya di Benteng Fort Rotterdam untuk berorasi pada masyarakat Sulawesi Selatan tentang Korupsi, karena kegiatannya pula di selenggarakan oleh Masyarakat Anti Korupsi (MARS) Sulawesi Selatan. Festival Anti Korupsi ‘Karena Kami Korban Korupsi’ ini tidak dipungut biaya sama sekali alias gratis oleh panitia.
Berbagai jenis kegiatan di tampilkan, mulai dari pameran foto, lukisan, teater, musik hingga penampilan oleh pekerja seni se-makassar. Berbagai kalangan yang datang ke tempat ini mulai dari anak-anak, pelajar hingga mahasiswa. AS dan BW dijadwalkan menyampaikan orasi anti korupsi pada malam hari jadi kami dahulu dihibur oleh Band yang masih asing di telinga kita, namanya Simponi. Simponi adalah band yang malah melintang di industry tanah air, walau belum banyak mengetahui band ini khususnya Makassar.
Band ini membawakan lagu bertemakan isu-isu politik hingga kekerasan seksual, dan liriknya pun mudah dipahami, dicerna dan musiknya sangat asik di dengar salah satunya yaitu lagu “Sister In Danger’’. Tak khayal band ini dapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat Makassar . Setelah break sholat magrib, acara dilanjutkan dengan penampilan teater dari UKM seni budaya eSA dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, lalu dilanjutkan dengan penampilan dari Komunitas Anak Jalanan Makassar.
Sebelum puncak acara dimulai, ‘BW’ yang dijadwalkan datang ke Makassar, memohon maaf yang sebesar besar kepada warga Makassar yang hadir lewat sebuah video singkat, karena beliau berhalangan hadir.  Hingga di puncak acara tibalah semua pengunjung hingga media local dan nasional menyambut ‘AS’ bersama dengan Dadang Trisasongko, Koordinator Advokasi Save KPK, guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, serta budaya Unhas (Universitas Hasanuddin) Makassar, Alwy Rahman dan Asmin Amin. Suasana pun semakin meriah dan semua mata pun tertuju kepada ‘anak’ yang berasal dari kota daeng ini.
Semua mata dan pandangan media hingga pengunjung menuju kearah ‘AS’. Ada hal yang berbeda dari orasi beliau kali ini, beliau menyampaikan orasi anti korupsi yaitu dengan membacakan puisi. Setiap syair dan bait yang disampaikan dengan nada lantang, dan tegas buat warga semakin percaya dan bersama-sama untuk ‘memberantas’ korupsi. Bukan hanya AS saja Dadang Trisasongko, hingga Asmin Amin pun ikut

Waktu menujukkan pukul 21.00 WITA, AS harus meninggalkan panggung dan semua pengunjung berdiri memberi standing ovation pada AS yang tak sia-sia menunggu berjam-jam untuk memberikan dukungan. Acara pun tetap dilanjutkan dengan penampilan music akustik oleh ‘Roby Navicula’ yang kali ini hanya tampil solo membawakan lagu hitsnya, salah satunya ‘Mafia Hukum’. Acara terus berlanjut hingga pukul 23.00 WITA

Jumat, 27 Februari 2015

Kutipan Kalimat zainuddin Dalam film 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Halo Guys

Assalamualaikum wr.wb
 Maaf teman2 udah lama tidak menulis, kali ini saya mengambil dari Zainuddin pemeran dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, sungguh mengherukan dan begitu menyentuh di hati.
"maaf ?? kau regas segenap pucuk harapanku kau patahkan, kau minta maaf ? ya. demikianlah perempuan, ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan dia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. lupakah kau siapakah diantara kita yang kejam ? bukankah kau yang telah berjanji ketika saya disuir oleh didi mama'mu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-hina tidak tulen minangkabau.! ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanganku berapapun lamanya. tapi kemudian kau berpaling ke yang lebih gagah, kaya raya berbangsa, beradat, berlembaga berketurunan kau kawin dengan dia. kau sendiri yang bilang padaku bahwa perkawinan itu bukan paksaan orang lain tetapi pilihan hati kau sendiri. hampir saya mati menanngung cinta hayati.! Dua bulan lamanya saya tergeletak di tempat tidur. kau jenguk saya dalam sakitku, menunjukkan bahwa tangan kau telah berinang, bahwa kau telah jadi kepunyaan orang lain. Siapakah diantara kita yang kejam Hayati. ?? saya kirimkan surat-surat, meratap, mengihanakan diri, memohon dikasihani. Tiba-tiba kau balas saja surat itu dengan suatu balasan yang tersudu di itik, tak termakan di ayam kau katakan bahwa kau miskin saya pun miskin. hidup tidak akan beruntung kalau tidak dengan uang. karena itu kau pilih kehidupan yang lebih senang, mentereng, cukup uang berenang di dalam emas bersayap uang kertas. siapakah diantara kita yang kejam, Hayati.?? siapakah yang telah menghalangi seorang anak muda yang bercita-cita tinggi menambah pengetahuan. tetapi akhirnya terbuang jauh ke Tanah Jawa ini. hilang kampung dan halamanku, sehingga dia menjadi seorang anak komedi yang tertawa di muka umum tetapi menangis di belakang layar. Tidak Hayati. saya tidak kejam. saya hanya menuruti katamu. bukankah kau yang meminta di dalam suratmu supaya cinta kita itu dihilangkan dan dilupakan saja ? Diganti dengan persahabatan yang kekal ?? permintaan itulah yang saya pegang teguh sekarang. kau bukan kecintaanku, bukan tunanganku, bukan istriku, tetapi janda dari orang lain. maka itu secara seorang sahabat, bahkan secara seorang saudara saya akan kembali teguh memegang janjiku dalam persahabatan itu. Sebagaimana teguhku dahulunya memegang cintaku. itulah sebabnya dengan segenap ridho hati ini, kau kubawa tinggal dirumahku untuk menunggu kedatangan suamimu. Tetapi kemudian, bukan dirinya yang kembali pulang tetapi surat cerai dan kabar yang mengerikan. Maka itu, sebagai seorang sahabat pula kau akan kulepas pulang ke kampung halamanmu, ke tanah asalmu tanah Minagkabau yang kaya raya yang beradat berlembaga yang tak lapuk di hujan tak lekang di panas."

Kamis, 22 Januari 2015

#ithoughtloveisbullshit

Menunggu Berakhir Pilu

Pertama ku melihat wajahnya hanya lewat sebuah foto, aku merasa kagum akan kecantikan dan kesederhanaanya. Rendah hati, baik,cantik,sederhana, dan lembut, itulah yang khayalan membekas dalam kepalaku tentang dirinya. Wajahku terus tersenyum dan tak bisa mengungkapkan kata-kata lagi dan ku tak tahu apa namanya. Umur, bukanlah sebuah halangan untuk mendapatkan sesuatu, ‘khususnya’ yang satu ini. Aku tidak ingin menyebutkan namanya, karena menyebutkan namanya saja membuatku malu.
Kuingin sekali menelponnya, tapi tak tahu berapa nomor teleponnya. Lewat temannya lah aku mencoba memintanya dan Alhamdulillah aku di berikan nomor teleponnya. Hatiku girang tak menentu. Pertama kuingin sekali menelponnya, tapi aku malu untuk menghubunginya karena tak ada cara lain berkomunikasi selain pesan singkat (SMS). Seperti yang kupikirkan, itulah yang muncul ketika pertama kali ketika berkomunikasi dengannya.
Hari demi hari seperti serasa dekat dengannya walaupun umur, pendidikan, dan jarak  yang memisahkan kita. Beberapa bulan lamanya Alhamdulillah semakin dekat bagaikan ‘sahabat’. Suatu hari aku mencoba menanyakan ‘dia’ dengan temannya mengenai bagaimana tanggapannya terhadapku, temannya mengatakan hal-hal yang baik dan aku tidak girang gembira akan hal itu dan saat itulah temannya memberikan saran untuk mecoba mengungkapkan perasaan aku terhadapnya. Saat itu aku mencoba menungkapkan perasaanku, bukan bertemu langsung melainkan lewat telepon. Kupikir itu satu tindakan yang tepat tetapi itu tindakan yang bodoh, dan akhirnya ‘dia’ belum bisa menerimanya, bukan karena dia punya pasangan melainkan dia belum siap menerima karena dia lebih senang bersahabat denganku dan ingin focus belajar untuk menuju ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan berat hati ku merasa malu dan sakit hati akan penolakannya, tapi itu bukanlah akhir dari sebuah kisah ceritaku.
Beberapa minggu kemudian kembali berkomunikasi walau lewat SMS. Walaupun kami sering berkomunikasi lewat SMS kadang pula lewat telepon, hal itulah yang membuatku senang. Dia suka menceritakan tentang kejadian di sekolah, entah baik maupun buruk, kadang pula dia menceritakan hal yang lucu dan memalukan tapi itu semua untuk membuatnya senang begitu pula sebaliknya.
Komunikasi itu terus berlanjut dalam waktu yang cukup lama, hingga suatu hari entah kebetulan atau tidak, kami bertemu kembali. Ketika itu aku telah menyelesaikan kuliah perdanaku, aku hendak ingin pulang kembali ke kampong halaman. Ketika hendak ingin pulang hanya satu rencana ‘utama’ ku kembali, selain bertemu dengan teman lama, tentu saja aku bertemu dengannya. Ketika kembali ke kampong halaman, pertama rencana ku bertemu seluruh keluarga lalu keesokan harinya dilanjutkan dengan pergi ke SMA bertemu dengan teman lama, guru dan tentunya ‘dia’.  Tanpa sadar temannya memanggilku dan secara tidak sengaja akhirnya aku bertemu dengannya secara langsung. Kata-kata yang terlintas dipikiranku kemudian menghilang begitu saja, bertemu dengannya adalah suatu anugerah terbesar. Ketika bertemu langsung, kami pun seperti orang bodoh tidak tahu mau berbicara apa, tapi saling melemparkan senyum. Alhamdulillah, Allah mempertemukan kita, walaupun kita bukanlah seorang pasangan, untuk waktu yang tidak lama, karena ‘dia’ harus melanjutkan pelajaran kembali. Beberapa jam saja aku bertemu dengannya adalah hal yang indah. Singkat tapi bermakna, adalah hal bisa kukatakan sekarang ini.
Bulan Februari, adalah bulan yang akan terus aku ingat sementara ini, singkat tapi penuh makna. Bulan berikutnya, komunikasi kami berdua terus berjalan layaknya air yang mnengalir di sungai dengan begitu tenangnya, itulah hal yang dapat kugambarkan bagaimana ‘persahabatan’ kami berdua. April, adalah bulan yang tak punya arti bagiku, tapi bagi dia adalah bulan yang paling menegangkan dan mengerikan layaknya film horror, bulan itu adalah bulan yang paling menyenangkan dan menyedihkan, karena bulan April adalah bulan untuk menhadapi Ujian Nasional (UN). Momen itu adalah kala kita harus berkumpul bersama dengan sahabat-sahabat terdekat untuk waktu yang cukup singkat, momen kebersamaan dengan teman yang dijalin lamanya harus berakhir, karena semua akan menjalani masa depan yang berbeda nantinya. Kembali lagi kami tetap komunikasi, aku tidak ingin menganggu konsentrasinya yang semakin hari semakin dekat menjelang UN. Hari itu aku tetap berkomunikasi tapi cuma memberi pesan kepadanya bahwa UN itu harus dihadapi dengan sabar, ikhlas, tawakkal dan ridho, aku cuma bisa mendoakan mudah-mudahan semuanya bisa mengerjakan soal dengan lancar tanpa beban sedikit pun dan semua berakhir dengan bahagia, yakni lulus 100%. Mungkin itu yang bisa aku ungkapkan kepadanya untuk sementara, selama beberapa minggu aku tidak ingin menganggunya dulu dan tetap focus di dalam perkuliahanku.
Entah kebetulan atau tidak selama kuliah, niatku untuk kuliah semakin turun, entah mata kuliahnya yang kurang mengenakkan atau aku yang terlalu malas, semuanya berubah. Setelah melaksanakan UN, hatinya kembali senang dan ceria tanpa beban sedikit pun layaknya orang yang baru jatuh cinta. Ketika kembali menelponnya, dia terasa senang sekali, syukur Alhamdulillah, dia menceritakan semua kejadian selama UN berlangsung selama 4 hari. Kembali lagi layaknya air yang mengalir tenang. Selama komunikasi dia menceritakan keresahannya yang bingung untuk menlanjutkan ke Perguruan Tinggi, ada beberapa pilihan yang diambil, yakni Pendididikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Sosiologi dan Ilmu Komunikasi. Sebagai Mahasiswa, aku Cuma memberikan nasihat dan mendukung apapun pilihan yang terbaik diambilnya. Jika ingin jujur, aku senang sekali ‘berteman’ dan ‘bersahabat’ dengannya, walaupun lewat komunikasi, dan jarak yang memisahkan kita berdua.
Dalam 3 minggu kedepan menjelang hari ulang tahunnya bulan Mei nanti, aku berencana bersama temannya untuk tidak ingin menghubunginya dalam bentuk apapun, walaupun berat bagi aku, Insya Allah aku mencoba melakukannya, kenapa aku lakukan hal itu ?, aku ingin hal ini untuk menguji seberapa apa dan bagaimana rasanya jika aku tidak berkomunikasi dengannya, apakah dia punya rasa yang lebih atau rasa sebatas sahabat saja dengan aku.
Aku menjalaninya 3 minggu dan balik ke dalam perkuliahan. Hingga harinya pun tiba, aku tidak bisa meberikan sesuatu yang special tidak seperti teman-temannya yang memberikan kartu ucapan yang dihiasi dengan indah, hanya sebuah harapan dan doa yang bisa kuselipkan, mudah-mudahan bisa menjadi anak yang baik bagi kedua orang tuanya, sahabat dan orang-orang yang sayang terhadapnya. Happy Birthday. Itulah yang bisa kuucapkan dengan singkat dan sederhana terhadapnya, respon dengan senang adalah hal cukup bagiku. Aku bukanlah yang pertama yang bisa memberikan kata selamat ulang tahun baginya, tapi aku akan berusaha menjadi orang yang terakhir baginya. Aku bukanlah orang yang special dimatamu, dimataku kau tetap menjadi orang yang special.

Hari ulang tahun yang dinginkannya senang mungkin seolah rasanya menjadi rusak karenaku. Malam itu aku mencoba untuk melakukan sekali lagi tapi aku melakukan dengan cara yang sedikit berbeda. Malam itu aku mencoba mengungkapkannya kembali bagaimana perasaanku selama ini, dia menanggapinya dengan baik, dan hari itu pun aku mencoba menjalin hubungan jarak jauh dengannya, tapi apa?? Semua berakhir pilu bagiku lagi dan lagi. Hari itu aku tak paham, mengapa skenario yang kubuat begitu lamanya tetap pula berakhir sama?  Malam itu dia menceritakan sedikit rahasia kepadaku, dia menceritakan bahwa selama kami berkomunikasi selama berbulan, dia sedang berhubungan dengan laki-laki lain. Walaupun tak begitu lama, terlintas dipikiranku untuk apa kau menceritakan kau semua ini kepadaku, membuat semuanya semakin pilu. Dia meminta maaf kepadaku jika tak menceritakan sebelumnya, seperti halnya film ada yang berakhir bahagia adapula yang berakhir sedih. Akhirnya aku memaafkannya. Dan untuk saat ini aku mencoba untuk tidak berkomunikasi dengannya.  Allah mungkin belum mentakdirkan kami berdua untuk menjadi pasangan. Ini hanyalah sebuah awal. Memaafkan belum tentu melupakan, mungkin benar apa yang disampaikan oleh seorang sastrawan bernama Khairil Anwar, Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang’.

Tahun pertama : Kehidupan Baru

Setahun, tinggal meninggalkan banyak cerita, baik suka maupun duka. Awal ku tinggal di kos, semua terasa damai, tentram dan bahagia. Pertama kali ku menginjakkan kaki di kos ini dan membawa barang yang sangat banyak, rasanya agak canggung dan malu untuk menyapa. ketika ku membersihkan kamar dan mengatur barang-barang, muncul seorang pria yang berbadan besar, dengan rambut gondrong, tapi dengan wajah yang sedikit cantik, dengan nada yang lembut namanya kak akbar datang menyapaku, “dari mana asal ta’ ade??”, dia bertanya. Lalu jawabku “dari luwu timur kak”. Kita ya kak,? Balasku. Sama ji ki dek, satu kampung ji ki.
Lama kelamaan kami mulai akrab dan begitu pula dengan teman kamar yang lain termasuk dengan penjaga kos. Berbulan bulan lamanya aku hidup di kos semua berjalan dengan normal, tapi ada kalanya semua berubah jadi berbeda dari biasanya. Seperti westafel yang jarang dicuci oleh penghuni kos, sampah yang menumpuk, membuat penjaga kos menjadi kesal dan marah besar.
Tapi ada momen terbesar ketika seniorku seorang cewek bertengkar bukan dalam artian berkelahi, melainkan adu mulut dengan penjaga kos, yang selalu dituduh membuang –buang air dan membuat seniorku merasa jengkel dan resah. “ kenapa ko selalu menyalakan air kalau lagi pergi”, Tanya penjaga kos dengan nada yang keras, “ bukan saya yang kasih jalan air” balasnya. Adu mulut terus terjadi hingga tak ada akhir. Lama kelamaan semuanya berubah, sikap penjaga kos yang dulu baik dan ramah, kini jadi pendiam dan pemarah.
Hal itu berlaku beberapa bulan saja. Masuk bulan juni, momen bulan puasa dan bergulirnya piala dunia, aku dan penghuni lainnya menyambutnya dengan antusias. Semua orang memprediksi siapa yang akan jadi juara piala dunia tahun ini. “oi, siapa menurutmu juara nanti ??” tanyaku ke kak akbar. “jerman pastinya juara nanti,” jawabnya. Semua penghuni tidak mau kalah menebak nebak siapa yang bakalan nanti juara.
Masuk pertengahan bulan juni, pertandingan makin seru. Setiap malamnya penghuni hanya bisa menyaksikan piala dunia dengan suara yang sedikit hening, kenapa ?? karena penghuni yang lain tidak mau ada yang namanya keributan, suara yang menggema layaknya stadion. Ketika pertandingan berjalan seru dan ada tim yang memasukan bola, kami tidak bisa menahan rasa gembira, jadi kami teriak dengan keras sambil buka baju, dan berlari “GOOOOOLLLLLLLL”. Hati gembira senang riang menandakan bahagianya kami. Tiba- tiba penjaga kos memukul pintunya dengan keras. “woiiii kau bisa diam kah” ?? kami pun diam kembali, dan kembali tenang dan tetap menyaksikan hingga pertandingan berakhir.
Beberapa hari kemudian, sesuatu yang tidak diinginkan harus terjadi.  Karena setiap malam kami para lelaki menonton pertandingan bola, televisi yang dahulunya berwarna, bersuara dan bergambar kini berubah menjadi seperti radio. Penjaga kos pun marah mengeluarkan ribuan kata dan menyalahkan kami karena setiap harinya televise  menyala setiap tengah malam semua lelaki dituduh dan kami pun tak mau berkomentar banyak. Suasana makin tidak akrab.

Makin lama ku juga merasa risih dengan penjaga kos, bukannya benci, setiap melihat hal yang kurang rapi, ia selalu marah tapi tak tahu mengarah ke siapa. Ku membuka mata dipagi hari dan membuka pintu tiba –tiba ia datang dengan tampang kusut. Pagi seakan berubah jadi gelap, entah ke mana ia bicara dan mengucapkan kata-kata satir. Baru kali ini ku melihat seorang bapak yang mempunyai sifat cerewet seperti ibu-ibu. Tapi ku memilih diam dan lenyap. Ku berharap bisa menghilang dalam waktu yang entah berapa lama. 

Selasa, 20 Januari 2015

The Interview with Korlap The Macz Man

Butuh waktu yang lama untuk menemukan suatu tema yang pas, inginku menemukan sesuatu yang sedikit unik dan menarik untuk dibahas, tapi inilah yang dapat kutemukan. Mencari sebuah kumpulan atau komunitas untuk sebuah kota yang besar mungkin butuh yang cukup lama, apalagi kan kota sebuah kota yang bernamakan ‘Makassar’ itu sangatlah sulit dan Makassar kota yang luas.Mencari dan menentukan sebuah komunitas itu ibarat kita mencari seorang wanita yang pas dan tepat di hati kita itu butuh kerja keras bung, awalnya kubertanya kepada kawan-kawanku yang kebetulan ada juga berdomisili di sini hingga ke senior-senior ku di kampus mengenai komunitas apa saja yang sedang ngetrend di Makassar, mulai dance, skateboard, standup comedy, macam-macam lah pokoknya, hingga ku putuskan lah ku ambil sebuah komunitas sepakbola yakni ‘The Macz Man’ Persatuan Sepakbola Makassar (PSM).Siapa yang tidak kenal dengan PSM Makassar klub kebanggan dari Kota daeng ini ? Klub yang berdiri sejak tahun 1915 ini punya prestasi yang baik di kancah sepakbola Nasional dan pernah meraih juara pada tahun 2000. Di balik lelaki yang hebat terdapat wanita yang hebat, begitupula dengan klub, sebuah prestasi tak mudah diraih tanpa kerja keras, latihan, hingga dukungan para Supporter yang tak pernah habis. Menemukan basis supporter pencinta PSM inilah tak semudah membalikkan telapak tangan, membutuhkan isi informasi yang lebih mendalam mulai dari alamat hingga orang-orang yang berada disana.Berminggu-minggu kucari mulai dari akun facebook,twitter, dan lainnya, agak sulit rupanya kutemukan, hingga ku liat di akun BBM (BlackBerry Messenger) teman sekolahku yang bernama Irzal, yang saat ini kuliah di Surabaya di profil gambarnya menggunakan kaos The Macz Man dengan penuh ceria dan bangga, “bro, kau anak the macz man kah, ??” tanyaku padanya via bbm, “tidak, bro”. balasnya. “kau punya contact/ no hpnya anak the macz man kah, ??” tanyaku lagi. “Iya bro, tapi anak Surabaya, mau tidak ?,balas si Irzal ,“sip boleh lah..!!”  balasku dengan senang.Hasil kerja keras ku akhirnya membuahkan hasil. Akhirnya kuhubungi kawan Irzal itu di Surabaya beberapa menit hingga diberikan lagi contact anak The Macz Man ini namanya Rezky, walaupun cuma diberikan pin BB tapi tidak apa-apalah. Wah, tambah senang lagi aku, sudah dapat kontak dapat kontak lagi aku, senang dua kali lagi. ku aktifkan BBMku dan mencoba bercakap akrab dengan dirinya, seorang lelaki dengan wajah ceria yang punya kumis dan janggut di gambar profilnya dan tampak sedikit kurus.Dengan mengucap Bismillah mudah-mudahan bukanlah kata satir dan sarkas yang ia ucapkan, ku mulai dengan kata “Asslamulaikum kanda”, entah ia Muslim atau bukan. “walaikumsalam wr.wb kanda”, jawabnya. Tampak mulai akrab pula kata-katanya, ku lanjutkan terus percakapanku hingga maksud dan tujuan ku cakap padanya hingga kata Alhamdulillah, ia bersedia untuk sebuah interview, walau waktu dan tempat belum kami atur.Terlintas dalam pikiranku, kelak apa yang ingin ku bahas dengan orang ini, itupun akan terjawab ketika kelak interview nanti. Dari hari ke hari hingga minggu ke minggu bingung dan selalu terlintas setiap ku kembali ke kos. Hingga satu minggu sebelum final, dosen pun mengatakan tugas ini hari rabu depan, 7 Januari 2015 harus di kumpul, jika tidak dapat error.
Perasaan yang semakin campur aduk,panik, histeris, teriak pun terjadi dan hanya memikirkan itu. Ku hubungi lagi orang ini untuk ku bujuk interview, selalu bertanya  orang ini “ wawancara untuk apa kanda ?” dan bingung ku jawab apa, “ lalu ku mulai mengajukan pertanyaan yang masih mengada-ada, “mengenai PSM kanda, bisa ji kah kanda, ? tolong kanda. Tanya ku kembali dengan nada memohon.Berhari hari tak kunjung balas buat semakin ribet dan menujukkan ketidakjelasan hampir membuatku jadi tidak konsisten, apakah harus ku ambil tema lain apa tidak, sempat pula dalam beberapa hari senior dari fakultas tetangga memberikan ide cari hal yang lain saja untuk pertimbangan. Walau bagaiamana pun, “the show must go on”.Hingga hari itu pun tiba, Sabtu 3 Januari 2015 kami pun mengatur waktu untuk bertemu di SMA 3 Makassar pukul 13.10. Angin berhembus sangat kencang  dan turunnya hujan dan tak tahu kapan berhenti membuat ku harus tetap pergi hanya modal jas hujan. Tibaku di sebuah kawasan banjir di dekat kompleks rumah warga di Jl. Baji Areng dan Alhamdulillah kami pun bertemu di sebuah warung kopi, sebuah tempat pas untuk minum secangkir kopi hangat sambil wawancara, baju warna merah yang bertuliskan Manchester United dengan jeans ¾ yang ia kenakan tampak sedikit kebasahan.Seorang mahasiswa kelahiran Watampone 23 Tahun yang lalu, Andi Muh. Faizal namanya, ichal sapaan akrabnya menjabat sebagai Koordinator Lapangan (Korlap) di SMA 3 Makassar  dan The Macz Man, saat ini kuliah di salah satu kampus swasta di Makassar. Kami pun bertemu untuk pertama kali, jabat tangan melemparkan senyum sambil menanyakan kabar masing-masing sambil mengeringkan tubuh walau hanya lembar demi lembar sebuah tisu tipis.
Kami memulai dengan memesan kopi hitam sambil berbincang sekitar 1-2 jam, tapi belum masuk ke inti tujuanku, suasana yang sedikit berisik seperti pasar, kami pun ke tempat sepi yang agak tenang dan damai, ke SMA 3 Makassar tak terlalu jauh dari warkop tadi dengan jalan kaki saja dengan kondisi air tergenang yang setinggi lutut orang dewasa.  Begitu tiba, ku mulai dengan mengambil sebuah handphone sambil merekam percakapan. Telah kususun draft pertanyaan yang kubuat semalaman dan kusampaikan semua. Agak takutnya di awal, ichal mengira ini wawancara investigasi, ku jelaskan perlahan-lahan hingga beliau mengerti. Selama percakapan berlangsung lama, kanda ichal menjawab dengan santai dan tak tergesa-gesa sambil mengaruk garuk kepalanya. “awalnya the macz man smaga (SMA 3) ini terbentuk pada tanggal 3 bulan 3 tahun 2006 yang di bentuk oleh alumni kemudian saya lanjutkan tahun 2007 hingga sekarang yang di mana tujuannya, untuk memperkenal dan membentuk tali silaturahmi antar sektor-sektor dan mempererat loyalitas dan solidaritas di kalangan supporter bukan hanya di kenal anarkis ya, tapi dituntut untuk selalu kreatif untuk mendukung tim kesayangan”, ujarnya.Mengenai masalah loyalitas, sempat ku tanyakan bagaimana ketika tim kesayangan kota daeng ini harus bermain di tanah jawa dan dengan nada sedikit sedih ia katakan “walaupun PSM Home Basenya musim lalu di Surabaya, mau tidak mau kami harus ke sana untuk mendukung, tapi kami selaku supporter berharap PSM bisa bermain di Makassar lagi, dan Insya Allah PSM musim depan akan bermain di Stadion Andi Mattalata lagi”. jawab penggemar dari Rasyid Bakrie ini.Tak punya tempat tinggal di Surabaya, mereka pun tinggal di rumah kerabatnya, Rezky yang kebetulan anak Makassar juga punya sebuah kontrakan kecil, hidup seperti anak kosan selama beberapa bulan, makan seadanya dan hidup apa adanya, itulah hidup.Menjadi seorang Kordinator Lapangan (Korlap) merupakan tanggung jawab dan kepercayaan yang besar dari anggotanya. Pertama kali di percaya menjadi korlap merupakan hal yang tak terduga, kebanggan, dan butuh keberanian yang besar mengiringi ribuan supporter The Macz Man. Kagumku ketika kanda mengiringi berdiri di pagar tribun sambil mengiringi ribuan supporter The Macz Man layaknya ombak laut yang selalu mendukung selama 90 menit penuh. Gugup hingga tegang itulah yang ia rasakan pertama kali mengiringi pasukan The Macz Man dan tak pernah lelah mendukung setiap PSM Makassar bermain baik kandang maupun tandang.Dari sekian pertandingan yang PSM jalani, aku sempat menanyakan pertandingan yang berkesan, kesan yang tak pernah ia lupakan pada tahun 2005, PSM vs Persebaya Surabaya, di Surabaya, Persebaya Surabaya terkenal dengan “Bonek Mania”nya. “Datang ke Surabaya bak uji nyali, seperti sumbang nyawa ke Surabaya, kalau kau datang ke Surabaya, berharap saja kau punya nyawa cadangan”, ungkapnya dengan nada keras sambil tertawa.PSM datang bersama supporter The Macz Man disambut dengan sambutan negatif dari pelabuhan. Bukannya sebuah senyuman malah ribuan batu yang diberikan bis supporter dan ofisial tim PSM Makassar, Tak tinggal diam, pasukan The Macz Man keluar dari bis membalas mengejar Bonek Mania sampai terpecah belah. Sungguh sambutan yang tak layak untuk tamu seperti PSM. Malam itu akhirnya tiba dan bertemu kembali kedua supporter itu di Stadiun Gelora Bung Tomo, atmosfernya begitu panas. Keduanya di kawal oleh seorang bidadari-bidadari yang berwajah sangar dan bermodalkan senjata besar untuk menjaga pertandingan tetap aman. Peluit di bunyikan oleh wasit, Bonek dan The Macz Man memberikan dukungan dan mengiringi pasukan masing-masing dengan nyanyian yang khas, mereka begitu kompak bagaikan orchestra. Sayang, kedua tim berakhir dengan skor imbang 2-2 dan rasa benci yang mendalam,tatapan dendam dan mata menyala masih membekas di hati The Macz Man hingga 2008.  “Mengiringi supporter di Surabaya bagi saya adalah hal yang bisa dilupakan, apalagi pertandingan ini layaknya Derby “El Clasico” antara Real Madrid dan Barcelona. Hingga tahun 2009 kami pun datang kembali ke Surabaya dengan nyali besar dengan maksud untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung lama dan Alhamdulillah kami berdamai dengan Bonek Mania sampai sekarang”. Ujar kanda ichal.Di dalam lapangan kami itu lawan, tapi di luar kita adalah kawan. Itu semua hanya sepenggal cerita yang perlu di buang tempat sampah dan tak perlu di ambil lagi. Bagiku seorang The Macz Man dan PSM Makassar seperti sepasang kekasih yang saling melengkapi, mendukung sampai mati. Berharap penuh mudah-mudahan PSM Makassar mampu meraih Juara musim depan dan terlebih lagi bisa bermain di Tanah sendiri. “Saya ada karena PSM dan PSM ada karena saya. Walau bagaimana pun PSM jika nantinya turun turun kasta, saya akan terus dan tetap dukung PSM.” tegasnya.Kalah dan menang itu sudah biasa di pertandingan. Cinta dan Loyalitas sebuah hal yang terpenting buat sebuah supporter. Tim tak berarti tanpa pendukung. Dibalik kesuksesan sebuah tim terdapat sebuah cerita rahasia dari supporter. Di mana pun dan kapanpun supporter akan selalu dan terus ada untuk tim, PSM untuk The Macz Man dan The Macz Man untuk PSM. “PSM Until Die”.